Monday 25 June 2018

BIOGRAFI SINGKAT ABU AL HASAN AL ASY'ARI SERTA PEMIKIRAN ABU AL HASAN AL ASY'ARI

SANG PEMBELA AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH ABU AL HASAN AL ASY'ARI

Al-Imam Abu al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari bermunculan di Bashrah pada tahun 260 H dan beliau wafat di Baghdad pada tahun 330 H,menurut keterangan dari pendapat yang beda beliau wafat pada tahun 324 H.Al-Imam Abu al-Hasan adalahpakar teologi yang populer dan di antara Imam faham Ahlu sunnah wa jama’ah.Saat ini sebagian pengekor faham ahlu sunnah wal jama’ah pun dikenal dengan nama al-Asya’irah.

SANG PEMBELA AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH ABU AL HASAN AL ASY'ARI - SIAPAKAH ABU AL HASAN AL ASY'ARI - SEJARAH SINGKAT ABU AL HASAN AL ASY'ARI - PEMIKIRAN ABU AL HASAN AL ASY'ARI - AQIDAH IMAM ABU AL HASAN AL ASY'ARI

Beliau bermunculan di zaman dimana sekte-sekte teologi tidak sedikit bermunculan, yang antar sekte yang satu dengan yang beda saling mengkafirkan.Diantara sekte yang terdapat pada ketika itu ialah Mu’tazilah.Dalam sejarah Islam Mu’tazilah terdaftar sebagai sekte terbesar dan terkuat pada waktu tersebut dan yang sangat gencar mempropagandakan pemikiran mereka dengan menyuruh diskusi dan berdebat dengan Ulama-Ulama dari berpengalaman hadist dan berpengalaman fiqih.

Al-Imam Abu al-Hasan Dalam periode kesatu dalam kehidupannya ialah seorang pengikut madzhab Mu’tazilah,mempelajari pemikiran-pemikiran Mu’tazilah dan metode-metode mereka dalam berdebat dan bertukar pikiran disamping tersebut juga beliau mempelajari filsafat sebagaimana orang-orang Mu’tazilah pada umumnya.Periode ini dilangsungkan sekitar empat puluh tahun.Kemudian beliau mencungkil diri dari faham Mu’tazilah,mengumumkan taubatnya dan pulang ke faham yang dianut oleh beberapa besar umat Islam pada masa-masa itu,yaitu faham para berpengalaman hadist dan berpengalaman fiqh sebagaimana diterangkan Al-Hafizh Ibnu Asakir di dalam kitabnya Tabyin Kadzibil Muftari fima Nusiba ila Abil Hasan al-Asy’ari mengukip perkataan Ismail bin Abi Muhammad bin Ishaq al-Asy’ari :


‘‘Al-Asy’ari yakni Syaikh dan Imam anda pada tadinya mengikuti pemikiran Mu’tazilah sekitar 40 tahun dan beliau ialah imam mereka. Suatu ketika beliau menyepi dari insan selama 15 hari di rumahnya, sesudah tersebut beliau pergi ke masjid Jami’ naik ke mimbar sambil mengatakan:

Wahai manusia, bahwasannya aku menghilang dari kalian pada hari-hari yang lalu sebab aku menyaksikan suatu persoalan yang dalil-dalilnya sama – sama kuat sampai-sampai tidak dapat aku tentukan mana yang haq dan mana yang batil, maka aku memohon petunjuk untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai-sampai Allah menyerahkan petunjuk kepadaku yang aku tuliskan dalam kitab- kitabku ini, aku telah mencungkil diriku dari seluruh yang sebelumnya aku yakini, sebagaimana aku lepaskan bajuku ini.

Beliau juga melepas baju yang beliau gunakan dan melemparkannya,dan memberikan kitab-kitab tersebut untuk orang-orang.Antara lain buku al-Luma’ dan buku yang menyatakan tentang cela dan kekeliruan faham Mu’tazilah yang berjudul kasyful asrar wa hatkil astar dan kitab-kitab lainnya. Ketika ahlul hadits dan fiqh menyimak kitab-kitab itu me¬reka memungut apa yang terdapat di dalamnya dan mereka mengakui status yang tinggi dari Abul Hasan al-Asy’ari dan menjadikannya sebagai imam sehingga lantas faham mereka (ahlu hadist dan ahlu fiqh ) dinisbatkan ke Imam Abu al-Hasan.”

Sebagian orang mengasumsikan bahwa al-Imam al-Asy’ari menegakkan madzhab dan membina faham dalam masalah akidah yang bertolak belakang dengan Mu’tazilah lantas menyusun buku dan mempromosikannya pada orang-orang untuk mengekor pemikirannya,sehingga semua pengikut faham beliau dikenal dengan sebutan Asy’ariyiin.

Dugaan ini merupakan kekeliruan yang fatal,Al-Imam Abu al-Hasan tidak menegakkan atau membuat pemikiran baru dalam masalah akidah akan namun beliau menanggalkan kepercayaan sebelumnya (faham Mu’tazilah),dan pulang ke faham yang dipercayai Ulama hadist dan fiqh,yaitu faham yang mereka warisi dari generasi Tabi’in dan semua Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam,faham yang berdasar pada al-Qur’an dan Hadist.

Faham Ahlu Sunnah wal jama’ah yang pun adalahfaham yang dipercayai para Ulama berpengalaman hadist dan berpengalaman fiqh pada saat tersebut sebenarnya adalahfaham beberapa besar umat Islam bakal tetapi timbulnya madzhab-madzhab baru yang mengangkat pemikiran – pemikiran baru dalam masalah akidah dan perdebatan,perpecahan serta permusuhan diantara mereka mengakibatkan faham beberapa besar umat Islam terlupakan,karena perhatian orang- orang tertuju dan tersita pada gelombang polemik antar sekte pada ketika itu.Faham Ahlu sunnah wal jama’ah pada saat tersebut ibarat jalan lurus yang tertutupi lumpur dan kerikil – kerikil.Al-Imam Abu al-Hasan tidak lebih melulu membersihkan jalan lurus tersebut dan menunjukan pada umat Islam guna menempuh jalan itu yaitu jalan yang ditempuh umat Islam semenjak masa an-Nubuwah. Berikut pengarang mengutip dari sejumlah Ulama yang mencatat biografi al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari.

Al-Hafidz Ibnu Asakir dalam kitabnya Tabyin Kadzibil Muftari fima Nusiba ila Abil Hasan al-Asy’ari halaman 112-113 mengukip perkataan as-Syaikh Abu al-Qosim al-Qusairi :
“Para berpengalaman hadist sepakat bahwa Abu al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari ialah imam dari berpengalaman hadist,madzhabnya madzhad berpengalaman hadist,beliau membicarakan tentang usuludiin dengan mengekor faham ahlu sunnah wal jama’ah,dan menampik faham yang membias dari para berpengalaman bid’ah”

Tajuddin as-Subki dalam Thobaqot as-Syafi’iyah mencatat : “Ketahuilah bahwasannya Abu al-Hasan tidak membuat pendapat baru,dan tidak pula menegakkan madzhab, akan namun ia menyatakan madzhab salaf,dan pembela faham semua Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Khalikan menuliskan di kitabnya wafayatul a’yan : Beliau ialah shohibul usul yang membela madzhab ahlu sunnah.

Ibnu al-Imad dalam Syadzarotudz dzahab mencatat :”Allah sudah memutihkan melewati Abu al-Hasan wajah Ahli sunnah an-Nabawiyah…”

Sedangkan penisbatan madzhab ahlu sunnah untuk Imam Abu al-Hasan diakibatkan karena beliau satu-satunya Ulama yang sangat gigih dalam membela faham ini dengan menyatakan dalil – alasan faham ahlu sunnah dan membalas hujjah-hujjah sekte-sekte yang membias dari kebenaran, nama al-Imam Abu al-Hasan juga menjadi familiar di kalangan umat Islam, setelah tersebut datang sekian banyak  pertanyaan masalah akidah dari sekian banyak  daerah dan dibalas oleh beliau.Sehingga faham ahlu sunnah wal jama’ah dikenal dengan Asya’iroh.

Dalam Thobaqot as-Syafi’iyah karangan Tajuddin as-Subki,al-Imam al-Iz bin Abdussalam berbicara : “Pengikut madzahibu al-arba’ah mereka berfaham akidah ini,diantaranya semua pengekor madzab Malik,mayoritas pengekor madzhab as-Syafi’i,sebagian besar pengekor madzhab Hanafi dan tidak sedikit dari pengekor madzhab Hambali,dan dari semua pengikut empat madzhab yang tidak mengekor al-Imam as-As’ari mereka ialah pengikut Abu manshur al-maturiidi….”.Perbedaan dua Imam ahlu sunah ini melulu pada masalah juz’iyah al-ijtihadiyah dan mayoritas perbedaan dari dua-duanya hanya mempunyai sifat lafdhi saja.

Saat ini ada beberapa orang mengklaim bahwa al-Imam Abu al-Hasan dalam kehidupan beliau melalui tiga periode yang kesatu berfaham mu’tazilah lantas periode yang kedua beliau berpindah ke faham diantara mu’tazilah dan sunnah dan yang ketiga beliau pulang ke faham mujassimah (yang mereka duga sebagai faham salaf).

Dugaan ini menurut keterangan dari penulis merupakan format rekayasa dan pemalsuan dari sejarah umat Islam,karena al-Imam Abu al-Hasan adalahUlama umat yang menjadi rujukan di zamannya.Segala format pemalsuan mengenai sejarah kehidupan beliau tak berbeda merubah dan memalsukan sejarah umat.
Kesalahan dari sangkaan mereka dapat anda ketahui dari sejumlah hal sebagai berikut :

Andaikan al-Imam Abu al-Hasan ini beralih ke faham mujassimah pastinya beliau bakal mengikrarkan urusan tersebut sebagaimana beliau kerjakan ketika terbit dari faham Mu’tazilah dan tentu beliau bakal mengigatkan urusan ini untuk pengikut dan siswa – muridnya urusan ini pun pasti bakal diketahui tidak sedikit orang sebab beliau ialah Ulama besar dan rujukan umat pada ketika itu.Tetapi tidak terdapat seorang juga dari siswa beliau dan Ulama yang satu zaman dengan beliau yang menyatakan tentang urusan ini (al-Imam Abu al-Hasan beralih ke faham Mujassimah ) sebenarnya mereka ialah orang – orang terdekat al-Imam Abu al-Hasan.Periode ketiga ini pun tidak dilafalkan dalam buku –kitab klasik yang mencatat biografi al-Imam Abu al-Hasan.

Adanya sanggahan dari kalangan Mujasimah pada al-Imam Abu al-Hasan. Abu Nasr as-Sajazi (w.444 H ) ialah diantara orang – orang Mujasimah yang mencatat sanggahanya mengenai faham al-Imam Abu al-Hasan. Andaikan dakwaan bahwa al-Imam Abu al-Hasan beralih ke Mujasimah benar pastinya tidak terdapat orang – orang Mujasimah yang menyanggah faham beliau.

0 comments:

Post a Comment

blog ini bersifat dofollow,bebas nitip link dan berkomentarlah yang sopan.